Cantiknya Wujud;
KeIndahan Nan Maha Indah (2)
ku pinta diKau dengan KesempurnaanMu, dan Yang Tersempurna dari SempurnaMu, dan sungguh seluruh SempurnaMu benar Sempurna
ku gapai diKau dengan KejelitaanMu, dan Yang Terjelita dari JelitaMu, dan sungguh seluruh JelitaMu benar Jelita
ku seru diKau dalam KeTinggianMu, dan Yang Tertinggi dari TinggiMu, dan sungguh seluruh TinggiMu benar Tinggi
ku seru diKau dalam KeSucianMu, dan Yang Tersuci dari SuciMu, dan sungguh seluruh SuciMu benar Suci
Mata berbinar mesra dan mulut dipenuhi dengan kulum senyum lembut. Redup cahaya mata menatapi Wajah Jelita Nan Molek Rupawan dan Pipi-Pipi Nan Senantiasa Memerah berpendaran. Belum lagi celak-celak keunguan, Oh, demikian IndahNya memukau Indah-IndahNya di hati peCintaNya yang mabuk dalam keIndahanNya.
Bila kekupu terbang dengan sayap sepasang
dan laron berkitar dengan sayap sepasang
pula Arkhoun menatap dengan mata sepasang
tapi Majnun menatap Layla dengan Layla seorang !
Demikanlah rintih pecinta, laa yunaalu dzaalika illa bi fadhlik, tak kan tercapai tatapan pada JelitaNya kecuali dengan KaruniaNya sendiri. Tak kan melihat KeindahanNya kecuali dengan KeindahanNya sendiri, JelitaNya kecuali dengan MolekNya sendiri, Lentik AlisNya kecuali dengan Hijau CelakNya Sendiri.
Duhai yang mengaruniai hambaNya dengan tatapan KepadaNya,
dan tiada tatapan KepadaNya kecuali dengan PenglihatanNya Sendiri.
Duhai yang mengaruniai hambaNya dengan pendengaran atas MerduNya,
dan tiada pendengaran atasNya kecuali dengan PendengaranNya sendiri.
Duhai yang mengaruniai hambaNya dengan jalan lurus KepadaNya,
dan tiada jalan lurus KepadaNya kecuali adalah Dia Sendiri.
Duhai yang mengaruniai segenap Kenikmatan pada hambaNya,
dan tiada Kenikmatan kecuali Dia Sendiri.
Maka sebagian orang katakan ku telah lihat Keindahan Tuhan di mana-mana. Betapa mungkin Tuhan dilihat oleh selain diriNya? Laa tudrikuhu al-abshooru wa huwa yudriku al-abshooro. Tak menyentuhnya (semua) penglihatan dan Ia menyentuh (semua) penglihatan. Mungkin inilah pandangan majazi atau khayali yang diibaratkan oleh Maulana Rumi dalam sya`irnya;
kefasihan burung-burung istana hanyalah pantulan suara;
di manakah perkataan burung Nabi Sulaiman
bagaimana kau akan mengenal kicau mereka,
jika kau tak pernah melihat Nabi Sulaiman sejenak pun
Jauh di seberang Timur dan Barat bertebaran sayap burung
yang lagunya menggetarkan hati yang mendengar
Ia terbang bolak-balik antara bumi dan ‘arasy Tuhan
bersama keagungan dan kemuliaannya
Maka Penatap Tuhan terdiam seribu bahasa, bagi mereka “aku” sama saja dengan “bukan aku”, karena tak ada apapun yang dapat disifatkan kepada ketiadaan. Bagi mereka “kutatap Tuhan” tak ada bedanya dengan “Tuhan menatap Tuhan”, yakni, “mereka” adalah ketiadaan sedang satu-satunya fa’il (pelaku) adalah Zat Yang Maha Kudus. Yaa man dalla ‘ala dzaatihi bidzaatihi. Wahai Yang Menunjukkan ZatNya dengan ZatNya.
Bak ufuk Tmur yang bertanya pada selatan, pula utara,
di manakah Mentari Terbit
Bak Samudera Raya yang bertanya pada sumur, pula kali,
di manakah Air Berada
demikian pula pecinta berkata Cinta, juga asmara,
padahal berkata Cinta pastilah sirna
juga para pemantik berkata Wujud, juga Sebab,
padahal berkata Wujud pastilah wujud
Ikal kekang “aku”, “kita”, “kamu” telah lenyap. Laso itu telah lenyap, dan demikianlah Jiwa Pecinta terlepas dari kepompong dan penjara alam material melesat menuju Jiwa nan Satu, Sang Pecinta, Sang Pendamba, Sang Perindu, yang turun dari Hadhrat Zat Suci ke Hadhrat Asma ke Hadhrat Sifat ke Hadhrat Af’al. Bagi para pecinta yang tak kenal timur dan barat, lenyaplah timur dan barat. Bagi para pecinta yang tak kenal kini dan esok, lenyaplah waktu baginya. Maka, man ‘arafa nafsahu, yakni bagi yang mengenal bahwa dirinya ketiadaan dan Tiada Selain Dia Semata, lenyaplah semua hal termasuk nama dan identitasnya sendiri, dan, faqod ‘arafa robbahu, Dia Mengenal Tuhannya dengan Tuhannya itu sendiri, yakni Allah adalah Cahaya Langit dan Bumi, tak lain Dia Yang Zhohir dan Bathin, dan Yang Awal dan Yang Akhir, tak lain Dia Yang Maha Meliputi segala sesuatu Yaa Allah Karuniakan padaku tatapan KepadaMu dan Kemulaan Keterputusan kepada SelainMu, hingga dengan Pancaran wajahMu, tersingkaplah hijab-hijab CahayaMu. Amin.
wallohu a’lam bi ash-showwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar