Selasa, 13 Januari 2009

Dia-lah Yang Zhahir dan Bathin

Yaa man huwa fii kulli makaan,

wa yaa man huwa fii kulli zaman;
Dia-lah Yang Zhahir dan Bathin


Maha Suci Ia Yang Maha Tinggi, yang tarabir fikiranlah yang membuat Zat-Nya Yang Segemilang Mentari, an-Nuur al-Jamiil, tak nampak semerona pipi Layla bagi Qays Majnun di dalam Penglihatan, Pendengaran, Perasaan dan Kesadaran. Sungguh, Engkau, Yaa Huwa, adalah Cahaya Langit dan Bumi, yang tiada dapat disifati apa-pun melainkan Kau jua-lah makna hakikatnya, yang bahkan sifat itu sendiri tiada lain adalah Zat-Mu, dan seluruh yang tampak dan menampakkan tiada lain adalah Zat-Mu. Maka, Kau-lah Yaa Huwa, Yang Tampak di segala ruang dan waktu. Dan Kau jua-lah yang menampakkan di segala ruang dan waktu. Maka, Kau-lah Yaa Huwa, Yang Zhahir di segala ruang dan waktu. Yaa man huwa fii kulli makaan, wa yaa man huwa fii kulli zaman. Duhai Ia yang ada di segala tempat, dan duhai Ia yang ada di segala waktu.

Ketika melihat dua buah tasbih, sudah “terdapat” dua tasbih. Maka, betapa mungkin kejamakan adalah suatu yang nisbi? Demikianlah suatu pertanyaan. Ketika melihat dua tasbih, sungguh “terdapat” dua tasbih di dalam fikiran, sebagai hasil pengamatan. Sedang apakah benar-benar terdapat dua realitas yang ada di alam eksternal? Ketahuilah, sungguh wujud “kedua tasbih yang tampak” tersebut tunggal. Dan karena realitasnya adalah wujud-nya maka, realitasnyapun tunggal. Ketunggalannya demikan keras mencengkeram diri-Nya sendiri sehingga Ia disebut pula sebagai Al-Qobiidhu. Dan Ketunggalannya tak pernah terkotori sedikitpun oleh “kejamakan” karena telah dibuktikan penjumlahan hakiki tak punya realitas eksternal. Maka Ia disebut pula sebagai Al- Mutafarridu.

Huwiyyah Zat-Mu Yang Maha Zhahir adalah rahasia wujud-Mu yang abadi. Tak ada Satu Pengamat-pun yang mampu Mengamati KetakterbatasanMu Yang Maha Kudus, duhai Al-Qudduus. Maka Sungguh Tiada Yang mampu mengamati Kesempurnaan-Mu Yang Maha Kudus, Wahai Bathin dari segala jauhar, a’raad dan a’yaan. Maka, Engkau-lah Huwa azh-Zhoohiru wa al-Baathinu. Pemisahan komputer, keyboard, tasbih, meja, atap, dan segala yang “tampak”, sehingga seolah terdapat mahajamak atau mahabanyak “sesuatu” di alam ini hanyalah bersumber dari pembatasan Diri-Nya dalam pengetahuan-Nya tentang diri-Nya. “Segala” hal yang “ada” hanyalah Ia Yang Sedang Menunjuk/Mengamati/Menyadari/Memuji/Membuktikan Keberadaan-Nya Sendiri dalam keterbatasan Penunjuk / Pengamat / Penyadar/ Pemuji /Pembukti dan Yang Ditunjuk/Yang Diamati/Yang Disadari/Yang Dipuji/ Yang Dibuktikan. Seorang penyair berkata, Ia arungi Samudra Keberadaan-Nya Sendiri dengan sampan-sampan bertuliskan safiinatun-najah.

Fii kulli syai`in fa kullu syai`in. Dalam semua benda, semua benda. (Ana al-Haqq, Ibrahim Gazur-i Ilahi, terjemahan, Rajawali Press, 1986, hal. 52). Demikian kata Syaikh al-Akbar Muhyiddin Ibn ‘Arabi. Realitas semua benda terdapat dalambenda-benda yang lain. Sehingga kata seorang penyair,

jika kau belah setetes air, ribuan samudra terdapat di sana,

jika kau layari ribuan samudra, tiada beda dengan sekolam saja,

gelora taufan badai dan samudera adalah gemulai tarian tetes air,

dingin dan senyap menyelam di kolam adalah hening samudra raya

orang mengatakan air disimpan dalam kendi

betapa mungkin air disimpan dalam kendi, jika di dalam air tak ada kendi ?

orang mengatakan aku cinta padamu Zakiyyah

batapa mungkin berkata aku cinta Zakiyyah, bila bibir merahnya tak ada dalam diri?

seekor ikan yang ditangkap nelayankhidiri bak segenap ikan dalam samudra

sekeping uang yang dibawa Salmanfarisi bak kegemilangan tahta Sulaiman

sandal Ali yang dijahitnya sendiri adalah luka-luka seluruh kaki pejalan yang terseok

Fathimah kegemilangan kesucian Sang MahaWanita adalah diri Rasul sendiri, diri Rasul sendiri

maka orang arif tak mencari jaring raksasa dan kapal nelayan maha-raksasa

ia cukupkan dirinya dengan setusukan duri dan daging ikan, yang dibakar

di dalamnya ia dapatkan gurih segala ikan dan manis semua bidadari

yang menari-nari menyanyikan Yaa Syakuur, Yaa Jamiil, Yaa Mahanikmat

wa-allahu a’lam bi ash-showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar