Rabu, 07 Januari 2009

Pancaran Wujudiyah

Yaa Nuuru Yaa Qudduusu;
Pancaran Wujudiyah


Ketahuilah ihwan bahwa orang-orang berilmu telah mengatakan bahwa segala hal ada dua jenis, substansi dan aksiden (jawaahir wa a’raad) , dan seluruh substansi adalah termasuk dalam jenis yang sama dan berdiri dengan dirinya qaa`imaa bi-anfusihaa, sedang aksiden terbagi menjadi sembilan jenis, hadir dalam substansi dan mereka menyifati-nya (menyifati substansi). Tetapi Sang Pencipta bukanlah substansi, bukan pula aksiden, karena Dia adalah Pencipta mereka dan kausa efisien. (Rasa`il Ihwan As-safaa` Jilid 1 , p. 401)

Dia-lah Dia, tak dapat ditempelkan pada-Nya sifat apa-pun karena Dia bukanlah substansi, tak pula dapat dipahami Hakikat-Nya karena itu. Bukan pula Ia sesuatu yang disifatkan pada suatu substansi karena Ia bukan aksiden. Engkaulah itu, Yaa Qudduusu Yaa Muhiithu. Sungguh ke-Kudusan-Mu meliputi semua jawaahir wa a’raad karena Engkaulah wujud segala. Tak pula dapat sequadrilliun detik-pun terangnya Cahaya - Mu dapat diingkari, karena Engkau - lah wujud semua, dan ‘ashalah semua. Hingga aku bersaksi, Yaa Allah, Anta nuurun Wa anta qudduusun. Sungguh kekudusanMu adalah keterlaluterangan cahaya-Mu yang meliputi semua. Semua mata melihat Nur-Mu, semua nafas menatap Nur-Mu, semua mimpi menatap Nur-Mu, semua hati tersilaukan Nur-Mu. Betapa gunung lenyap dihadapan Musa (‘a.s.) , Sang Nabi Yang Telah Berbincang dengan-Mu, menunjukkan kesangatsilauan Nur-Mu. Sungguh Kuduslah Engkau duhai nuurussamaawaati wal ‘ardh. (Lihat QS An-Nuur 35) Dan sungguh takmungkin wujud - Mu menjadi wujud semesta alam, melainkan ia menjamakkan diri satu titik atau satu depa dari hakikatnya yang tersuci, dan itulah Nur-mu yang tak lain adalah Nur Muhammad dan sungguh aku lebih senang menyaksikan diriMu dengan pernyataan “Allahu Muhammadun Nuurun”, Allah Yang Terpuji, dan ketika Ia puji diri-Nya itulah dia Nuur ‘ala nuur. Dia-lah Cahaya di atas Cahaya, ke-Cahayaan-Nya di atas ke-Cahayaa-an segala Cahaya, maka Engkau disebut Al-Qudduus. Mungkin dalam huruf ‘Arab, setelah mim adalah nun, Huwa Muhammadun Nuurun. Maka dari hikayat alam tujuh, sungguh alam Nuur menduduki peringkat yang amat tinggi. Alam ini hanya ada di bawah Wujud atau Hakikat Tuhan Yang Paling Kudus. Dan sungguh alam ini berada di atas alam al-asraar yang di dalamnya samudera Nama-Nama - Nya berdeburan berombakan bergelora.

Tentang kemahabenderangan Nur-Nya yang tak perlu burhan lagi,

seorang sufi berkata;

pagi hari membuat lampu tidak dibutuhkan lagi

purnama membuat lilin tidak diperlukan lagi

para filsuf membuktikan-Nya seolah Ia selalu bercadar lagi

bak pedagang yang menera anak timbangnya dengan sekilo apel yang hendak ditimbangnya

Sungguh tiada tabir apa-pun yang menutupi Nur-Nya, dan sungguh lupa pada Diri-lah hakikat tarabir yang menutupi mata dari melihat-Nya,...

janganlah hendaknya kamu bertingkah seperti orang yang melupakan Allah, yang mengakibatkan Allah membuat mereka lupa diri pula (QS 59:19). Lalu Kami singkapkan tabir yang menutupi matamu, maka pandanganmu menjadi lepas-jelas (QS 50:22)

Tentang kemestian kebadihian wujud dalam filsafat, dalam ‘irfan adalah penglihatan pertama yang mesti dilihat sejelas mentari dengan mata hati maupun mata lahir. Sungguh Dia-lah Yang Lahir dan Yang Batin. Dan Dia-lah Awal semua manifestasi yang tak lain dan tak bukan adalah Akhir semua manifestasi, sehingga dikiaskan ... satu hari bersama Tuhanmu, sama dengan seribu tahun menurut perhitunganmu ( QS 22:47).

Seorang penyair merintih;

para pengetam bebijian melihat isi dan sarimanis buah sebelum kulit, sebelum kulit

para ahli samudera mengetahui kapal telah tenggelam, sebelum ombak, sebelum badai

demikianlah orang arif mengetahui ujung manis dedaunan, dari akarnya, dari akarnya

sebagaimana Duktur Sony Sang Perenung melihat cahaya Mentari, sebelum bayangan, bebayangan kesegalaan

Sungguh Engkaulah An-Nuur yang kelembutancahyamu dapat dinikmati dari Nama-Nama-Mu Yang Indah (Jamaaliyyah) dan Engkaulah An-Nuur yang keterangcahyaanmu membuatmu menjadi tak-tampak Duhai Al-Qudduus. Dan sungguh Engkaulah An-Nuur Al-Qudduus yang ketaktampakan Cahya-Mu pada diri-Mu Sendiri-lah Hakikat Kesedihan (al-huzn) Azali, dan dalam pertentangan merekalah Kegagahan-Mu (Jalaaliyyah) termanifestasi. Demikian jelas benderang mu`min melihat-Nur-Mu sejelas mentari, demikian berat bala` yang kautimpakan pada mu`min seolah mereka tak melihat kelembutan N ur-Mu sehingga mereka terpatahkan hatinya, maka kan kucari Engkau di hati orang-orang yang telah patah.

orang - orang menikmati manis buah dan membuang kulitnya di padang kerontang

Majnun-Majnun menikmati lembut wajah dan kulit Layla , tak pula berani mengulitinya

orang-orang mengatakan kumelihat cahaya dari merah hingga ungu dengan mataku

Kaulah Cahaya yang tak terlihat , tapi Kaulah Cahaya yang melihat, bak kulit Layla yang tak patut dikuliti

wallohu a’lam bish-showab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar