Selasa, 20 Januari 2009

Pesan Rahbar untuk Mahasiswa

Pertemuan Rahbar dengan Ribuan Mahasiswa di Universitas Elm va Sanat Tehran
14/12/2008

 Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei Ahad pagi (14/12) dalam kunjungannya ke Universitas Elm va Sanat Tehran hadir dalam pertemuan dengan ribuan mahasiswa. Dalam pidatonya beliau menjelaskan sejumlah ciri khas dan program kerja gerakan mahasiswa, seraya menyebut kampus sebagai wadah bagi kelahiran dan pengembangan dua arus paling vital, yaitu ‘ilmu dan riset' dan ‘semangat idealisme'. "Jika rakyat dan para pejabat negara menjaga dan mempertahankan ciri-ciri khas dari identitas keislaman negara ini, tidak akan ada musuh yang dapat mengganggu negara ini," tegas beliau.

Seraya mengungkapkan rasa gembira karena berada di tengah suasana kampus, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut kejujuran, ketulusan, gelora muda, kebugaran dan kesiagaan mental sebagai ciri khas kalangan muda mahasiswa. Beliau mengatakan, "Sebagai salah satu kekayaan paling vital yang dimiliki oleh negara di masa kini dan masa mendatang, kalangan mahasiswa memegang peran yang penting dan menentukan."

Menurut beliau, ilmu dan riset adalah dua arus paling penting di tengah lingkungan perguruan tinggi, serta sumber kehidupan dan kehormatan nasional. "Gerakan yang cepat dan lompatan besar yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir di berbagai bidang keilmuan terus berlangsung tanpa henti, sampai ketertinggalan sains di negara ini dapat terkejar dengan cepat," tegas Rahbar.

Menyinggung kemajuan yang dicapai di bidang teknologi nano, kedokteran, nuklir dan berbagai sains modern, Rahbar menyebutnya sebagai bukti akan potensi dan kapasitas keilmuan yang berlimpah serta sumber daya manusia besar yang dimiliki oleh negara ini. Menurut beliau bangsa Iran adalah bangsa dengan kecerdasan tinggi dan memiliki sejarah gemilang di bidang keilmuan. "Tujuan utama dari gerakan keilmuan di negara kita adalah untuk menjadikan Iran sebagai pusat keilmuan dunia. Impian besar ini akan terwujud dengan tekad dan kerja keras para ilmuan dan mahasiswa negeri ini," imbuh beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut slogan "Kita bisa" sebagai slogan yang berakar kuat. Beliau menekankan, slogan tersebut, yang dibarengi dengan penyusunan peta keilmuan universal, pembentukan sistem pelaksanaan peta keilmuan dengan melibatkan secara aktif para mahasiswa, perguruan tinggi dan pusat penelitian, serta pengawasan terhadap pelaksanaan secara benar peta keilmuan, adalah tahap awal bagi terwujudnya impian bangsa Iran untuk mencapai puncak keilmuan yang tinggi. Beliau mengatakan, "Tahap awal ini harus dilalui dengan serius dan optimisme, sehingga generasi muda Iran saat ini dapat menyaksikan negeri mereka menjadi pusat keilmuan dunia".

Dalam menjelaskan ciri khas gerakan mahasiswa untuk mencapai idealisme, Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebutkan sejarah terbentuknya gerakan mahasiswa, seraya mengatakan, "Berdasarkan bukti sejarah, mahasiswa selalu terlibat dalam gerakan perjuangan sengit melawan arogansi, imperialisme, kediktatoran dan despotisme. Mahasiswa dengan sepenuh jiwa menginginkan keadilan. Siapa saja yang mengaku diri sebagai bagian dari gerakan Mahasiswa harus loyal pada kriteria seperti ini."

Beliau mengangkat peristiwa terbunuhnya tiga orang mahasiswa Iran dalam aksi demo anti Amerika Serikat yang terjadi pada tanggal 7 Desember 1953, dan menyebutnya sebagai bentuknya nyata dari spirit perlawanan anti arogansi di tengah mahasiswa. Beliau mengatakan, "Sejak muncul gerakan kebangkitan di kalangan ulama tahun 1342 HS (1963 M), gerakan mahasiswa ikut bergabung dengan gerakan kebangkitan besar ini, sehingga mahasiswa dan kampus menjadi sendi utama yang menopang gerakan kebangkitan para ulama dan salah satu faktor utama kemenangan revolusi Islam."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei memuji tindakan cerdas kalangan mahasiswa dalam membentuk Pasukan Garda Revolusi Islam (Sepah-e Pasdara-e Enqelab-e Islami) dan Jihad Pembangunan pada bulan-bulan pertawa kemenangan revolusi Islam, dan menyebut langkah mahasiswa ini sebagai satu lagi ciri khas gerakan mahasiswa. "Dengan gerakannya melawan kelompok pemberontak yang menjadikan kampus sebagai sarang mereka, gerakan dalam menduduki kadutaan besar AS yang telah berubah menjadi sarang aktivitas spionase AS, membentuk jihad perguruan tinggi yang penuh berkah, aktif di medan perang pertahanan suci selama delapan tahun, terlibat secara nyata dalam melawan berbagai tipu daya dan makar musuh selama tiga puluh tahun terakhir, semua itu menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa dengan berbagai ciri khasnya yang anti arogansi, anti korup, anti despotisme dan aristokrasi, dan anti aliran-aliran yang menyimpang, telah membuat gerakan ini mampu memberikan kontribusinya secara kontinyu dalam mengawal cita-cita revolusi dan bangsa Iran di bawah naungan gerakan menuntut keadilan," tegas beliau.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa salah satu buah yang dihasilkan oleh gerakan mahasiswa adalah terbentuknya dialog dan terbukanya iklim pemikiran ‘revolusi - politik'. Beliau mengatakan, "Tentunya mungkin ada sejumlah orang atau kalangan tertentu di tengah mahasiswa yang bergerak di jalur lain. Namun fakta sejarah gerakan mahasiswa menunjukkan bahwa kalangan mahasiswa pada umumnya menentang kezaliman dan cinta pada cita-cita mulia. Mereka menentang keras siapa saja yang telah menindas hak-hak bangsa lain di Palestina, Irak, Afganistan dan di belahan dunia manapun."

Beliau lebih lanjut menjelaskan peran organisasi kemahasiswaan dan menegaskan bahwa organisasi mahasiswa berbeda dengan partai politik. "Partai bekerja untuk mencapai kekuasaan. Sedangkan mahasiswa tidak berpikir untuk duduk di kekuasaan, tetapi yang dikejarnya adalah cita-cita dan idealisme. Tak etis jika partai politik memanfaatkan organisasi kemahasiswaan untuk kepentingan mengejar kekuasaan. Tentunya mahasiswa sendiri harus tanggap dalam hal ini," jelas beliau.

Kinerja organiasasi kemahasiswaan, tegas Rahbar, telah membuahkan berbagai hal positif lainnya semisal pengadaan kesempatan untuk bekerja sama secara massal di lingkungan kampus. Seraya menjelaskan investasi besar yang dilakukan musuh bangsa Iran untuk sektor perguruan tinggi, beliau mengatakan, "Organisasi kemahasiswaan selain berkewajiban menjaga hubungan dengan lingkungan mahasiswa juga harus mawas diri agar tidak terjerumus ke jurang-jurang membahayakan seperti jeratan hawa nafsu, iming-iming politik, tipuan hal-hal yang sekilas nampak religius, dan keirfanan palsu."

Pemimpin Besar Revolusi Islam mengimbau himpunan mahasiswa untuk menindaklanjuti upaya mewujudkan cita-cita luhur yang ada pada gerakan mahasiswa. Beliau menegaskan, "Di antara cita-cita hakiki himpunan kemahasiswaan adalah menjaga persatuan nasional serta berpartisipasi dalam pergulatan nasional bangsa Iran melawan tipu daya dan makar musuh asing."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei di bagian lain pidatonya menerangkan faktor-faktor yang melahirkan kemenangan revolusi Islam seraya mengingatkan peristiwa Revolusi Konstitusi dalam sejarah kontemporer Iran yang dimanfaatkan oleh imperialis Inggris untuk mendudukkan seorang diktator bengis, kejam dan sangat bergantung pada pihak asing di pucuk kekuasaan negeri ini. Beliau mengatakan, "Kebangkitan besar gerakan Islam yang didukung oleh rakyat dan dipimpin oleh figur agung Imam Khomeini yang tak ada padanannya berhasil mencapai kemenangan. Revolusi ini menang dan lestari berkat kesabaran dan kearifan bangsa ini."

Beliau menambahkan, "Dapat dipastikan bahwa selain arus gerakan yang berbasiskan Islam dan agama, tak ada gerakan perjuangan lain yang dapat menggulingkan sistem kekuasaan monarkhi yang bergantung pada Amerika Serikat." Gerakan nasional dan partisipasi rakyat Iran secara serentak dalam perjuangan ini, menurut beliau, tak mungkin terjadi tanpa dorongan dan motivasi keagamaan, bimbingan para ulama dan kepemimpinan Imam Khomeini (ra).

Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai keislaman sistem pemerintahan sebagai kunci utama resistensi Republik Islam Iran selama tiga puluh tahun dalam menghadapi beragam tipu daya dan intimidasi musuh. Mengenai permusuhan dan dendam kesumat arogansi dunia, terutama AS dan jaringan Zionisme internasional terhadap Republik Islam Iran, beliau meyakini permusuhan yang mendalam itu tidak akan pernah berakhir. Beliau mengatakan, "Republik Islam Iran memiliki rambu-rambu penolakan dan keyakinan yang menjadi faktor permusuhan arogansi dunia."

Tentang rambu-rambu penolakan itu, Rahbar menjelaskan, "Republik Islam Iran menolak praktik eksploitasi, menolak ketertindasan, menolak penistaan bangsa-bangsa oleh kekuatan politik adi daya dunia, menolak ketergantungan politik, menolak pengaruh dan intervensi kekuatan besar, serta menolak sekularisme dan kebobrokan moral."

Beliau selanjutnya menerangkan rambu-rambu keyakinan yang dijunjung tinggi oleh Republik Islam dengan mengatakan, "Republik Islam meyakini identitas kebangsaan Iran, meyakini nilai-nilai suci Islam, meyakini pembelaan terhadap kaum tertindas dunia, serta meyakini upaya dan kerja keras untuk mencapai puncak keilmuan dan sains."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Jika sedikit saja kita mengendur dalam memegang prinsip penolakan dan keyakinan itu, musuh pasti akan mengurangi permusuhan mereka terhadap kita. Itulah makna dari pernyataan mereka yang menuntut Republik Islam Iran untuk memperbaiki perilakunya dan melepaskan prinsip penolakan dan keyakinan itu."

Beliau menegaskan bahwa Republik Islam Iran tidak akan pernah melunak dari prinsip yang diyakininya. Rahbar mengatakan, "Dengan keteguhannya dalam memegang prinsip penolakan dan keyakinannya, dalam kurun waktu tiga puluh tahun terakhir Republik Islam Iran tak hanya berhasil resisten di tengah front yang luas melawan musuh yang memiliki segala fasilitas, namun juga berhasil memaksa mereka mundur."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung kondisi Amerika Serikat saat ini di kawasan Timur Tengah dibanding lima belas tahun yang lalu, seraya menandaskan, "Dibanding masa lalu, AS saat ini lebih dibenci, lebih hina dan lebih gagal. Seluruh agenda AS di Timur Tengah khususnya yang terkait dengan Palestina, Lebanon, Irak dan Afganistan terbukti kandas, sementara Republik Islam Iran yang menjadi sasaran utama berbagai agenda AS justeru semakin maju."

Beliau memandang resistensi dalam menghadapi musuh dan kemajuan yang dicapai di sejumlah bidang sebagai bukti akan kapabilitas dan kebesaran yang dimiliki oleh pemerintahan Republik Islam untuk tetap eksis. Rahbar mengingatkan bahwa kapasitas untuk tetap eksis dan resisten bergantung pada keadaan. Dalam penjelasannya beliau menyinggung soal struktur hukum dan identitas pemerintahan Republik Islam. Beliau mengatakan, "Struktur hukum dan resmi Republik Islam adalah lembaga-lembaga negara yang terdiri atas pemerintah, parlemen, lembaga peradilan dan lembaga-lembaga lainnya, juga konsep pemilihan umum yang kesemuanya telah termaktub dalam konstitusi. Semua itu harus dijaga namun menjaga hal-hal itu saja tidak cukup menjamin kelanggengan Republik Islam."

Rahbar menegaskan bahwa menjaga struktur asli negara Islam adalah salah satu kewajiban yang paling penting. "Identitas utama negara ini sama dengan ruh, makna dan inti tatanan negara. Menjaga struktur hukum ini tanpa menjaga identitas ini tak ada gunanya, jelas beliau. Rahbar menambahkan, "Struktur hukum dan identitas inti negara adalah cita-cita pembentukan Republik Islam yang meliputi keadilan, kemuliaan insani, penjagaan atas nilai-nilai suci, upaya untuk menciptakan persaudaraan dan persamaan, etika, dan resistensi dalam menghadapi pengaruh musuh," jelas beliau.

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menegaskan, "Jika kita menjauh dari akhlak Islam, jika prinsip keadilan kita lupakan, jika semangat kerakyatan tak lagi diindahkan oleh para pejabat negara, jika masalah pengabdian kepada rakyat dan pengorbanan untuk rakyat terkikis dari benak para pejabat negara, jika gaya hidup sederhana dan keberadaan di tengah rakyat umum sudah sirna dari pikiran para pejabat, jika resistensi dalam menghadapi musuh telah tergeser oleh sikap segan, lemah dan minder dalam hubungan diplomasi dan pergaulan internasional para pejabat negara; dengan kata lain, jika seluruh bagian inti dari identitas Republik Islam telah sirna dan tergerus dalam kondisi seperti itu, maka polesan bentuk luar keislaman bagi negara ini tidak akan berguna."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menagatakan, "Kewaspadaan penuh harus ada untuk menjaga agar spirit dan langkah keislaman negara ini tetap terpelihara, apalagi perubahan identitas selalu terjadi secara gradual dan perlahan sehingga tidak mengundang kecurigaan banyak orang. Mungkin saja orang baru akan menyadari ketika semuanya sudah terlambat."

Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa salah satu tugas terpenting para mahasiswa sebagai mata paling tajam di tengah kalangan intelektual dan kaum cendekia adalah mengawasi sisi lahir dan batin pemerintahan negara Islam ini dan menjaga jangan sampai terjadi penyimpangan padanya. Rahbar menandaskan, "Dalam tiga puluh tahun terakhir, khususnya sepanjang dua dekade setelah wafatnya Imam Khomeini (ra), telah ada banyak upaya baik di bidang politik, moral, maupun sosial untuk menggerogoti negara Islam dari kandungan identitasnya yang murni. Namun berkat kemurahan Allah SWT dan kecerdasan rakyat, segala upaya itu tidak membuahkan hasil."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menambahkan, "Kita pernah mengalami satu masa ketika media-media cetak di negeri ini secara resmi dan terbuka berusaha membudayakan pemikiran terpisahnya agama dari politik, bahkan lebih dari itu, mereka dengan transparan dan terbuka membela rezim Pahlevi yang zalim, despotik, dan haus darah."

Di bagian lain, Rahbar menegaskan bahwa satu-satunya jalan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan munculnya masalah-masalah seperti ini adalah dengan menonjolkan garis-garis pemisah keimanan, pemikiran, politik dan ciri-ciri khas yang ada pada Islam. Beliau mengatakan, "Tuntutan keadilan, gaya hidup sederhana bagi para pejabat, kerja keras secara tulus, kegigihan dalam menuntut ilmu tanpa kenal kata henti, resistensi yang tegas dalam menghadapi kerakusan dan hegemoni asing, pembelaan dengan berani terhadap hak-hak bangsa, semua itu adalah diantara ciri khas jatidiri keislaman."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyinggung isu nuklir Iran dan menyebutnya sebagai satu dari puluhan hal yang menjadi kebutuhan negara dan termasuk salah satu kasus hukum bagi bangsa Iran. Beliau mengatakan, "Musuh memfokuskan diri pada masalah ini. Akan tetapi rakyat Iran tetap resisten. Jika rakyat dan para pejabat negara bersedia melepaskan program yang menjadi hak pasti Iran, tak diragukan lagi musuh akan melangkah untuk mencaplok hak-hak lain yang dimiliki bangsa ini."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa keadilan dan menghindari gaya hidup aristokrasi adalah bagian dari ciri khas lain yang ada pada pemerintahan Islam. Beliau menegaskan, "Di awal kemenangan revolusi Islam, gaya hidup yang menjauhi gemerlap aristokrasi adalah nilai yang dijunjung oleh para pejabat pemerintahan Islam, sayangnya spirit ini lambat laun melemah. Namun untuk periode ini para pejabat pemerintahan menunjukkan penolakan mereka terhadap gemerlap aristokrasi dengan hidup mereka yang sederhana."

Beliau menyebut penghargaan kepada jihad dan syahadah, kepercayaan kepada rakyat dan keyakinan yang sebenarnya kepada partisipasi rakyat sebagai ciri khas keislaman negara ini. Rahbar mengatakan, "Sebagian orang menyebut-nyebut peran rakyat, namun dalam parktiknya mereka tidak pernah meyakini partisipasi rakyat. Berbeda halnya dengan Republik Islam yang dibangun di atas pondasi kepercayaan kepada rakyat dan secara mendalam meyakini partisipasi umum masyarakat."

Ayatollah Al-Udzma Khamenei menyebut keberanian dan rasa percaya diri para pejabat negara sebagai bagian utama dari ciri khas negara Islam ini. Beliau menjelaskan, "Jika suatu hari di tengah para pejabat negara ada pejabat yang penakut dan lemah seperti Shah Sultan Hossein [dahulu], negara dan republik Islam akan gulung tikar meski negara ini memiliki rakyat yang pemberani dan siap berjuang. Sebab pejabat negara yang pengecut dan pecundang akan membuat bangsa yang pemberani menjadi penakut."

Rahbar menyatakan bahwa [menjalin hubungan dengan] bangsa-bangsa Muslim adalah bagian dari strategi inti Republik Islam. Seraya menyinggung propaganda AS yang tak pernah berhenti menebar perselisihan antara bangsa-bangsa Muslim dengan bangsa Iran, beliau mengatakan, "Bangsa-bangsa Muslim di dunia tetap memandang Republik Islam [Iran[ dengan tatapan penuh hormat, meski ada propaganda-propaganda itu. Sebab, Republik Islam dalam strategi utamanya yang merupakan esensi dari negara ini mendukung bangsa-bangsa Muslim termasuk bangsa Palestina yang tertindas. Kewajiban mahasiswa dan kalangan kampus adalah berdiri di barisan terdepan dalam menjaga dan mengenalkan ciri-ciri tersebut yang ada pada negara ini."

Dalam menyimpulkan pidatonya, beliau menegaskan bahwa musuh gagal dalam setiap tipu daya yang dilakukannya selama 30 tahun terakhir. "Jika rakyat dan pejabat negara menjaga dengan benar prinsip-prinsip keislaman negara dan wamas diri untuk mencegah terjadinya pengeroposan di dalam pemerintahan, maka dengan kemurahan Allah tidak akan ada gangguan musuh yang bisa membahayakan negara ini."

Pemimpin Besar Revolusi Islam menyatakan bahwa kerja keras rakyat khususnya generasi muda dan mahasiswa untuk menjadikan negara ini kuat dari sisi keilmuan dan ekonomi akan berujung pada melemahnya tipu daya musuh. Beliau menandaskan, "Suatu hari nanti ketika negara ini mencapai kehormatannya sebagai bangsa dan poros keimuan, pihak-pihak asing akan putus asa melanjutkan makar dan tipu dayanya terhadap bangsa yang mumpuni dan cakap ini. Dan hari yang besar dan gemilang bagi bangsa Iran itu akan datang tak lama lagi."

Di bagian lain pidatonya, Rahbar menyebutkan sejumlah prestasi yang dicapai Universitas Elm va Sanat di bidang sains dan dalam sejarah revolusi Islam. Diantara prestasi Universitas Elm va Sanat adalah keberhasilannya dalam mencetak tenaga-tenaga handal yang salih, menonjol, berguna, aktif dan berperan besar dalam berbagai bidang di negara ini. Beliau mengataka, "Haj Ahmad Motavasseliyan, salah satu komandan besar yang meraih penghargaan abadi di era perang pertahanan suci juga Presiden [Iran] saat ini yang benar-benar revolusioner, loyal, cakap, aktif, dan pemberani adalah contoh dari kader-kader besar yang berhasil dicetak oleh Universitas Elm va Sanat."

Sebelum pidato Pemimpin Besar Revolusi Islam di depan para mahasiswa dan dosen, Rektor Universitas Elm va Sanat menjelaskan secara singkat historia universitas ini di sektor keilmuan dan industri, sepanjang delapan puluh tahun sejak didirikan. Lebih lanjut ia menerangkan sederet penghargaan yang didapatkan oleh para mahasiswa dan alumni Universitas Elm va Sanat dalam 30 tahun terakhir, atau tepatnya setelah kemenangan revolusi Islam di gelanggang ilmu dan pengorbanan untuk membela revolusi Islam. "Universitas Elm va Sanat memiliki 370 anggota Dewan Keilmuan dan 11 ribu mahasiswa yang sedang menimba ilmu di berbagai jejang dari program sarjana, pasca sarjana hingga doktoral. Selain itu, Universitas ini juga telah mempersembahkan 104 syahid kepada revolusi Islam," jelasnya.

Rektor Universitas Elm va Sanat menyinggung bahwa universitas ini adalah salah satu dari delapan perguruan tinggi induk di Iran, seraya mengatakan, "Hubungan antara univesitas ini dengan sektor industri sangat kuat. Universitas ini juag telah menunjukkan kapasitas keilmuannya di tingkat dunia yang meliputi berbagai bidang seperti energi, lingkungan hidup, komposit, nano teknologi, teknologi informasi dan ruang angkasa".

Ditambahkannya bahwa Universitas Elm va Sanat memandang perlu adanya perubahan pandangan umum tentang pendidikan, seraya mengimbau peningkatan investasi yang lebih besar di bidang teknologi, perhatian yang semestinya kepada kedudukan para dosen, memusatkan perhatian kepada para dosen dan mementingkan soal pembangunan infra struktur penelitian dan pusat riset.

Rahbar dalam kesempatan itu juga menyempatkan bertemu dengan para dosen, para senior kampus, anggota Dewan Pimpinan Universitas Elm va Sanat seraya menyampaikan penghargaan atas jasa-jasa dan kerja keras mereka selama ini. Dalam pertemuan itu, beberapa orang dosen Universitas Elm va Sanat menyampaikan laporan singkat tentang peran dan disiplin ilmu serta nuansa spiritual di universitas ini.

Sebelum acara pertemuan tersebut, Pemimpin Besar Revolusi Islam setelah memasuki komplek Universitas Elm Va Sanat langsung menuju makam para syahid tak dikenal yang dimakamkan di kompleks universitas ini. Dalam ziarahnya, selain membaca surah al-Fatihah beliau mendoakan ketinggian derajat bagi para syuhada di sisi Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar