Kamis, 08 Januari 2009

Renungan

Wujud qua Wujud itu Tunggal
Memahami semua yang ada. Itulah tujuan agung semua filsuf. Filsafat merupakan ilmu tentang keseluruhan, yang tujuan utamanya adalah memahami hukum-hukum semua yang ada.
Ada artinya memiliki keberadaan. Atau dengan kata lain memiliki wujud. Tidak mungkin memandang atau mensifati apa-pun tanpa mengkonsepsikan sesuatu itu memiliki wujud sebelumnya. Kata sebelumnya di sini menunjukkan urutan filosofis yang merupakan kemestian/keniscayaan tak tergantung waktu. Pengertian wujud itu badihi, jelas dengan sendirinya. Atau, aksiomatis. Tidak mungkin wujud didefinisikan. Karena setiap definisi adalah batasan. Sedang batas wujud adalah ketiadaan mutlak (al-’adam al-muthlaq/nothingness) yang tidak mempunyai eksistensi apapun sehingga bisa membatasi.

Wujud pada segala sesuatu yang ada identik dan tunggal. Wujud di sini adalah wujud qua wujud. Atau wujud sebagai wujud. Atau keberadaan sebagai keberadaan. Pemikiran intuitif orang banyak menolak proposisi ini. Musykilah. Bagaimana mungkin keberadaan Tuhan sama dengan keberadaan maklhuq? Kan, Tuhan berbeda dengan makhluq? Pembahasan Musykilah. Perbedaan Tuhan dengan manusia dan kera tidak menafikan atau tidak memustahilkan kemungkinan bahwa keberadaan Tuhan sama dengan keberadaan makhluq. Kenapa? Sebagai contoh yang mudah, rumah Tono dan rumah Tini. Walaupun Tono dan Tini berbeda rumahnya mungkin sama. Jadi jika yang menjadi pusat perhatian kita adalah wujud qua wujud (keberadaan sebagai keberadaan) mungkin saja keberadaan Tuhan sama dengan keberadaan manusia. Tidak mustahil. Pembahasan musykilah di atas belum membuktikan bahwa dalil tersebut benar. Tapi baru mungkin (tidak mustahil). Berikut ini akan dijelaskan salah satu bukti kebenaran dalil tersebut.

Bukti
Bayangkan al-’adam al-muthlaq. Bayangkan sekiranya ada sesuatu, sebutlah A. Atau ada sesuatu yang lain, sebutlah B. Jika A tidak ada, keadaannya akan sama persis dengan B tidak ada. Jadi ketiadaan A identik dengan ketiadaan B.
Padahal ketiadaan A adalah negasi (lawan) dari keberadaan A, dan ketiadaan B adalah negasi (lawan) dari keberadaan B.
Maka karena negasi keberadaan A identik dengan negasi keberadaan B, kesimpulannya keberadaan A dan keberadaan B identik/sama. Dan ini berlaku untuk setiap A dan B anggota himpunan segala sesuatu yang maujud (yang memiliki wujud/keberadaan). Jadi keberadaan segala sesuatu identik dan tunggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar